Kajian sastra Bandingan, Naskah Ben Gotun dan Naskah Pakaian dan Kepalsuan




KEBOHONGAN  DAN KEPALSUAN
DALAM NASKAH BEN GO TUN KARYA SAINI KM
DAN NASKAH PAKAIAN DAN KEPALSUAN KARYA ACHADIAT KHATAMIHARJA



( Sebuah Kajian Sastra Bandingan )




Hasil gambar untuk pakaian jendral



        Jika anda ingin membaca tulisan saya maka anda terlebih dahulu harus membaca kedua buah naskah yang saya sarankan yaitu naskah Ben go tun 1977 karya Saini KM dan naskah milik Achadiat Khatamiharja  Pakaian dan Kepalsuan  1956 yang meruapakan saduran dari naskah The man with the green karya Arkady Timofeevich Averchenko dari Rusia. Sekilas mungkin tidak akan nampak sebuah perbedaan jika anda tidak membaca secara mendalam. Namun ketika saya membacanya ada rasa seperti  “ Wah kok sepertinya saya pernah membaca naskah yang seperti ini ya “ setelah saya baca kedua naskah tersebut dan saya bandingkan akhinya saya dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa kesamaan pada naskah Ben go tun karya Saini KM dengan naskah Pakain dan Kepalsuan karya Achadiat Khatamiharja. Beberapa kesamaan itu nampak dari berbagai sisi diantaranya.

      Adanya sosok tokoh yang mengakuh hebat namun ternyata pecundang.

     Ingat sosok Johan Budiman seorang veteran yang mengakuh dirinya adalah seorang pejuang sejati ? hampir selalu terlibat dalam peperangan besar di nusantara. Seperti peperangan sepuluh November di Surabaya, bandung lautan api di bandung, dan peperangan Ambarawa. Ia adalah pejuang yang tak takut mati seperti terlihat dalam kutipan naskah ben go tun berikut :
“  … “
Sifat menyombongkan diri atas sebuah tindakan kepahlawanan dan bela negara juga nampak dalam ketiga tokoh pria dalam naskah Pakaian dan Kepalsuan ialah samsu, sumantri dan abu adalah seorang yang bercakap besar. Ketiganya mengakuh bekas pasukan pembela negara bertempur melawan penjajah. Seperti kutipan dialog berikut :
Pasukan musuh itu mampus semuanya, dan senjata-senjatanya kami rampas semuanya... Ahm kalau aku terkenang lagi kepada pertempuran-pertempuran seperti itu, kadang-kadang aku ingin kembali ke jaman revolusi itu. Sungguh mati saudara-saudara, bukan sombong.“ Dialog tokoh mas abu dalam Pakaian dan Kepalsuan

“. Kupasang mitralyurku, dan ketika pesawat itu rendah sekali terbangnya sambil menyirami tempatku dengan peluru, maka kubalas dengan semprotan dari mitralyurku yang semuanya kena sasaran, sehingga pesawat itu segera lari kearah utara sambil menggeleong-geleong miring kekiri miring ke kanan dn mengeluarkan asap dari ekornya. Terbakar ia, lalu jatuh entah dimana.” Dialog tokoh Samsu dalam Pakaian dan kepalsuan.
Namun kita sama-sama tahu bagaiama akhir dari cerita tersebut bahwa mereka semua adalah seorang pendusta.


      Sebuah Akhir cerita yang sama yaitu terbongkarnya sebuah kepalsuan

   Dalam Ben go tun diceritakan bahwa seorang veteran yang mengaku pejuang ahkirnya dapat dengan mudah diperas seorang wartawan yang pandi membuat sebuah kebohongan. Merasa ditipu Johan Budiman mengutus seorang dukun gadungan untuk membalas dendam. Namun akhirnya semua kedok mereka terbongkar oleh tokoh pakaian militer. Begitu juga dalam naskah Pakaian dan Kepalsuan tiga lelaki samsu, abu, dan sumantri akhirnya harus mengakui dirinya yang sebenarnya melalui pistol kosong hamid. Keduanya memiliki akhir yang sama yakni terbongkarnya sebuah kebohongan.

      Simbol Pakaian sebagai wujud kepalsuan dan jati diri.

     Dan ini yang mungkin menyebabkan asumsi bahwa kedua naskah tersebut sebenarnya memberikan makna yang sama yakni sebuah kebohongan dan kepalsuan. Melalui sebuah pakaian keduanya sama-sama mengambarkan bagaimana para tokohnya menyembunyikan jati diri mereka. Pakaian secara harfiah dijadikan sebagai simbol topeng jati diri manusia karena dibaliknyalah manusia bisa menyembunyikan jati diri yang sebenarnya. Siapa yang menyangkah ternyata di balik pakaian militer seorang jendral adalah pasien rumah sakit jiwa. Tentu bukan secara harfiah saja kedua pengarang mengambarkan wujud . dalam awal kisah ben go tun saiani KM mencoba mengambarkan bahwa bagaimana bangsa ini kehilagan jati dirinya dengan ditemukanya banyak wartawan yang tidak jujur, dukun gadungan, seniman yang hanya mementingkan dirinya melalui sebuah simbol hilangnya sebuah pakaian yang berarti hilangnya jati diri bangsa. Pakaian yang hilang dalam adegan awal juga mengisyartakan kepada pembaca bahwa aka nada sebuah kedok yang terbongkar karena telah hilangnya sebuah pakaianya yang diibartkan sebagai kedok seseroang.
Dalam Pakaian dan kepalsuan. Pakaian tak ubahnya sebagai suatu kepalsuan yang melekat pada diri manusia. seperti kutipan berikut.

“  Memang dalam hidup ini tidak ada yang paling busuk daripada kepalsuan, ketidak jujuran, penipuan, dusta.
Ia menemani kita pada setiap langkah, turut meluncur dari bibir dengan kata-kata yang kita ucapkan, turut memancar dari wajah kita dengan senyum dan ketawa.
Pendek kata, ia melekat pada diri kita dan menyelimuti pribadi kita yang sebenarnya seperti pakaian menyelimuti yang paling indah di dunia ini, yakni badan manusia.”






Naskah asli dapat di unduh di tautan berikut

 Naskah Pakaian dan Kepalsuan karya Achadiat Khatamihardja
 Naskah Ben Gotun karya Saini KM
Kajian sastra Bandingan, Naskah Ben Gotun dan Naskah Pakaian dan Kepalsuan Kajian sastra Bandingan, Naskah Ben Gotun dan  Naskah Pakaian dan Kepalsuan Reviewed by Sarjana Sastra on 10:19 Rating: 5

2 comments:

  1. Kenapa ga bisa link naskah asli Ben go tun?

    ReplyDelete
  2. Filenya sudah dihapus, silahkan boleh inbox di facebook sarjana sastra untuk informasi naskahnya.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.