Penerbit Indie Vs Penerbit Mayor




Banyak dari kita yang mungkin belum tahu apa itu kata indie yang sebenarnya. Kata indie (setidaknya pada saat ini) seringkali dikaitkan dengan kumpulan orang-orang yang demen nongkrong di café dengan ditemani secangkir kopi, senja hujan dan kumpulan sajak-sajak puitik yang kadang oleh pengarangnya sendiri sukar dimengerti. Indie juga sering identikkan dengan sebuah aliran musik atau style fashion yang oleh sebagai orang dideskripsikan dengan gaya edgy dengan setelan era 80 an, sepatu snecker dan tothbag. Namun sayangnya kedua definisi tersebut bukan merupakan arti kata indie itu sendiri ya, Gaes.
Indie atau singkatan dari Independent (daam dunia musik) adalah sebuah usaha pembiayaan mandiri yang dilakukan seseorang atau kelompok guna mencapai kebebasan berkarya. Gerakan atau usaha ini diduga muncul akibat adanya ketidakpuasan seniman pada label musik yang memang sering kali membatasi ide-ide kreatif seniman dengan alasan pasar. Alhasil, karya yang dihasilkan pun cendurung karya yang ‘hanya disukai label’ saja, tanpa memperimbangkan kedalaman lagu, kebaruan genre dan tema yang akan diusung. Kelompok/ orang yang mengatasnamakan indie harus siap melakukan proses dan pembiayaan remakan sendiri dari mulai rekaman, editan dan promosi sendiri atau dalam kata lain self funded.
Istilah indie juga mulai digunakan dalam dunia penulisan khususnya dalam proses penerbitan. Penting buat kamu yang sedang belajar menulis untuk tahu apa sih penerbit indie? Dan apa bedanya dengan penerbit pada umumnya. Nah, berikut sarjana sastra sastra akan meringkas apa sih perbedaan kedua penerbit tersebut serta plus dan minusnya.  Setidaknya ada beberapa aspek yang bisa membedakan penerbit indie dan penerbit mayor.

Pembiayaan
       Dalam penerbit indie pembiayaan dilakukan oleh si penulis itu sendiri. Penerbit hanya membantu untuk melalukan pernebitan buku yang sudah siap cetak. Artinya, kamu yang memutuskan untuk mengirimkan bukumu pada penerbit indie pastikan bukumu sudah melalui tahap editing dan siap naik cetak. Beberapa penerbit juga tidak menyediakan jasa pembuatan cover buku, jadi pastikan kamu sudah punya desain untuk bukumu. Karena tidak melayani jasa editing kamu akan punya kebebasan memilih sendiri bukumu akan jadi seperti apa , tidak ada cutting dari editor seperti yang sering kali terjadi pada penerbit mayor. Beberapa penerbit mayor pernah tercacat melakukan perombakan karya tanpa sepengetahuan penulisnya. Berbeda dengan penerbit inide, di penerbit mayor kamu tidak akan dikenai biaya sepeserpun. Biaya cetak, biaya promosi, editing, cover, ISBN semuanya ditangung oleh penerbit.

Waktu Terbit
     Umumnya penerbit mayor akan memberitahukan hasil evaluasi naskah yang sudah kamu kirimkan 3-6 bulan sejak tanggal naskahmu terkirim. Jika pada bulan ketiga tidak ada konfrimasi kamu boleh menanyakan apakah naskahmu sudah dievaluasi atau belum. Penerbit kemudian akan membalas email dan memberitahukan apakah naskahmu diterima atau ditolak, tapi perlu diingat tidak semua penerbit bersikap bijak bestari seperti itu. Beberapa penerbit bahkan tidak memberi konfirmasi apakah naskahmu ditolak atau diterima bahkan ketika lebih dari waktu yang sudah ditentukan. Hal ini agaknya berbeda jika kamu menerbitkan naskahmu pada penerbit indie yang tidak butuh waktu lama mencetak bukumu. Buku yang sudah siap cetak biasaya hanya akan butuh waktu  1 -4 minggu untuk siap didistribusikan tergantung jumlah ekslamplar buku yang dicetak. Hal ini sangat membatu penulis pemula untuk bisa menerbitkan karya mereka karena tidak semua naskah penulis pemula dengan mudah dapat masuk meja redaksi penerbit mayor.

Royalti
      Royalti adalah besaran uang yang akan kamu terima pada setiap buku yang terjual. Pada penerbit mayor kamu akan menerima 10-15 % dari harga buku yang terjual tergantung dari masing-masing penerbit. Royalti akan dikrimkan beberapa tahap plus kamu juga akan dapat DP royalty sebelum naskah kamu diterbitkan. Dana kalau bukumu sukses menembus pasar kamu akan mendapatkan bonus tapi juga akan dipotong pajak profesi (kalau tidak salah 5 %). Sebaliknya, tidak ada sistem royalti pada penerbit indie. Kamu yang menentukan harga bukumu sendiri dan menerima 100 % hasil penjualan buku tersebut. Yang jadi tantanganya adalah target pasarmu. Banyak dari penulis pemula yang berhasil menerbitkan buku, tapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan ketika sudah terbit (gak laku). Ini yang mungkin yang akan jadi catatan untuk para penulis pemula. Cari tahu dulu apa motivasi kamu menerbitkan buku? Hanya untuk membuktikan kalau bisa nulis saja kah ? Hanya ikut-ikutan teman atau apa ?
    Stigma yang mungkin harus segera diubah tentang penerbit indie dan penerbit mayor adalah bahwa menerbitkan buku di penerbit mayor itu lebih keren daripada di penerbit indie. Itu salah besar, tidak ada kaitannya kualitas buku dengan penerbit. Banyak buku-buku keluaran penerbit terkenal dengan kualitas yang kurang bagus. Menerbitkan buku pada penerbit indie tak lantas membuat harus mengesampingkan kualitas tulisanmu. Kalau tulisanmu bagus mau diterbitkan penerbit indie atau mayor akan tetap jadi karya yang akan selalu ditunggu para pembacanya. So.. Sudah ada plan untuk menerbitkan buku di penerbit manakah setelah ini ?

Penerbit Indie Vs Penerbit Mayor Penerbit Indie Vs Penerbit Mayor Reviewed by Sarjana Sastra on 17:51 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.