Kesan Setelah Membaca -8 ° C
Barangkali
sudah menjadi mimpi besar seseorang untuk bisa menimbah ilmu di tempat terbaik,
dengan fasilitas terbaik dan lingkungan belajar terbaik di dunia. Banyak
diantara mereka rela tak tidur siang dan malam, berjuang mati-mati,
mengorbankan banyak hal demi terkabulnya cita dan impian.
Dalam
beberapa tahun belakangan ini - dapat melanjutkan mimpi di negeri nun jauh di
sana seperti sudah menjadi tren tersendiri di kalangan anak muda. Perjalanan
jatuh bangunnya anak manusia dalam menaklukan mimpi bersekolah di tempat
terbaik dunia selalu bisa menjadi kisah menarik bagi jiwa-jiwa yang
mendambahkan mimpi setinggi asa. Deretan judul buku seperti Sang Pemimpi (2006), Negeri 5 Menara (2012), Mantapu Jiwa (2019),
Masih Belajar (2019) pun pernah menjadi buku terlaris pada masanya karena mengusung
tema yang sama. Teranyar, di pertengahan Februari ini -8 ° C hadir sebagai karya pertama Angga
Fauzan yang mencoba peruntungan yang sama .
Sama
seperti kisah inspiratif lainnya -8 ° C berusaha untuk mengungap kisah
perjuangan seorang pemimpi dengan segala keterbatasan dan kenekatannya mewujudkan
cita-cita besar kuliah di luar negeri. Pada bagian awal pembaca akan diajak masuk
ke dalam dunia Afan, seorang anak tukang gorengan yang harus rela pindah ke
jawa karena lapak jualan bapaknya di gusur untuk dijadikan taman. Secara apik
penulis mampu mengambarkan suasana sempit dan semerawutnya Ibu kota. Gesekan
kepentingan pemerintah dan rakyat kelas bawah juga digarab dengan baik di
bagian ini.
Kekesalan
tokoh terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tepat, menjadi satu
konfik yang berpotensi menjadi cerita yang menarik. Sayangnya, konflik ini tak
mampu diurai dengan baik oleh penulis. Konflik kekecewaan itu seakan hilang di
tengah cerita tergantikan oleh cerita yang sebenarnya tidak mendukung
kelengkapan peristiwa. Padahal rasa antipati tokoh Afan terhadap pemerintah
yang menyebabkkan ia harus pindah ke jawa akan menjadi antithesis yang menarik
jika dikembangkan. Terutama saat tokoh utama dinyatakan lolos beasiswa
perguruan tinggi negeri yang notabende dikelolah pemerintah.
Sebagai
buku motivasi -8° C mengahadirkan warna tersendiri karena dianggap paling dekat
dan paling mewakili perjuangan para schoolar
hunter. Ibarat aplikasi ia adalah versi terbaru dan paling relevant
dibanding judul buku yang sudah disebutkan di awal. Tokoh Afan seakan hadir di
tengah-tengah pembaca yang melewati fase hidup yang sama. Detail kecil dari
mulai kunci jawaban ujian nasional, SBMPTN
Beasiswa Bidikmisi dan rangkaian seleksi yang dialami tokoh menguatkan
kedekatan tersebut. Bisa dipastikan Schoolar
hunter akan memiliki keterikatan batin yang kuat ketlika membaca buku ini,
terutama bagi mereka yang mendapatkan beasiswa yang sama.
Keterbaruan
ini lantas tak menjadikan buku berdiri tanpa cacat sebab sebagai buku cerita ia
kurang mampu membawa pembaca masuk dalam makna terdalam di setiap kalimatnya.
Pembaca yang sudah terlebih dahulu dijejali dengan diksi-diksi tak lazim
menyayat hati akan merasa buku ini terlalu kering untuk dibaca. Perbendaharaan
kata yang digunakan pun terbatas. Penulis mampu mengambarkan cerita dengan
baik, tapi tidak untuk memikat hati pembaca.Namun demikian bukan berarti buku
ini tidak layak untuk dibaca. Deretan kisah inspiratif dari sang tokoh utama, perjuangannya agar bisa sekolah dan keinginan besarnya yang akhirnya bisa terbayar tuntas cukup pantas mengisi kekosongan hati kita yang kadang jarang mengucpa syukur. Bagimu sang pemimpi yang merindukan udara segar
untuk bisa kembali berdiri tegak dan berjuang, inilah saat yang tepat untuk
membaca buku ini.
Kesan Setelah Membaca -8 ° C
Reviewed by Sarjana Sastra
on
02:32
Rating:
No comments: