Sebuah Kritik Sastra untuk Orang-Orang Bloomington Karya Budi Darma
Persamaan
Penokohan dalam Tokoh Orang-orang Bloomington
Karya
Budi Darma
Judul : Orang-Orang Bloomington
ISBN : 9786023850211
Penulis
: Budi Darma
Penerbit : Noura Book Publishing
Tanggal
terbit : Cetakan kedua, Agustus 2016
Jumlah
Halaman : 316
Berat
Buku : 500 gr
Jenis
Cover : Soft Cover
Dimensi(L
x P) : -
Kategori : Sastra
Text
Bahasa : Bahasa Indonesia
Saat
pertama kali membaca judul buku kumpulan cerpen karya Budi Darma ini, hal yang
terlintas dalam benak saya adalah bagaimana gambaran tentang sebuah kota kecil
di negara Amerika sana. Bloomington, begitu kira-kira kota yang akan
digambarkan dan sekaligus menjadi setting utama terbentuknya tujuh karya mahadahsyat
yang terkumpul dalam kumpulan cerpen Orang-orang
Bloomington. Membaca kolom komentar dari salah seorang tokoh sastrawan yang
cukup terkenal di sampul muka buku ini, yang kurang lebihnya bertuliskan
seperti ini, “ Jika saya diminta
menyusun daftar buku kumpulan cerpen Indonesia terbaik yang wajib dibaca maka
buku ini (baca; Orang-orang Bloomington) ada dalam buku itu 1. “ Melihat
endorsement ini saya tidak perlu ragu
dan bertanya kembali tentang mutu cerita yang ada di dalamnya.
Sebenarnya
buku ini bukan merupakan buku baru dari Budi Darma. Ya, setidaknya pada tahun
1980 ketika baru pertama kali kumpulan cerpen ini diterbitkan oleh Sinar
Harapan, nama-nama seperti Yorick, Joshua Karabish, Ny. Mc Milan, dan Orez
sudah begitu melekat di pikiran para pembacanya. Karakteristik indivudu yang
khas, pengambaran tokoh yang kuat dan unik inilah yang kemudian oleh Agus Noor
mampu menjadikan karya ini sebagai kisah-kisah yang akan tetap memikat dibaca
dari zaman ke zaman. Karena dianggap mampu menggugah pergulatan batin dan
pikiran manusia yang paling dasar. Tujuh cerpen yang melegendaris itu
diantaranya adalah ; Lelaki Tanpa Nama,
Joshua Karabish, Keluarga M, Orez, Yorick , Ny Elberth, dan Charles Lebaurne.
Yang masing-masing judul tersebut diambil dari nama-nama tokoh yang ada dalam kumpulan
cerpen tersebut, terkecuali dalam Keluarga
M. Budi Darma senggaja tidak memberi judul cerpen ini dengan sebuah nama. Nama-nama
dan karakter yang tercipta dalam cerpen ini setidaknya mungkin tidak terlalu
kuat untuk merespresentasikan cerita yang akan dibawahinya. Maka pemilihan
judul Keluarga M yang merupakan
inisial dari setiap nama dalam keluarga tersebut dipilih sebagai satu-satu nya
judul yang tidak menggunakan sebuah nama tokoh
Pada
saat cetakan pertamanya Budi Darma melalui kumpulan cerpen Orang-orang
Bloomington mendapat penghargaan Souteast
Asian Writing Award (S.E.A) pada tahun 1984. Sebuah penghargaan yang sama
pernah diberikan kepada Seno Gumira Ajidarma pada tahun 1997 dan Remi silado
pada tahun 2015. Penghargaan ini langsung diberikan oleh keluarga kerajaan Thailad
sebagai apresiasi untuk para penyair dan penulis di Asia tenggara. Bersamaan
dengan peluncuran buku Orang-orang
Bloomington pada cetakan ke-empat bulan agustus yang lalu. Budi Darma kembali
mendapatkan penghargaan dalam acara Asean Literary Festival yang diselengarakan
di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Penghargaan ini diberikan kepada Budi Darma
atas dedikasinya sebagai penulis senior yang telah berkontribusi terhadap
komonitas literasi di Indonesia. Bahkan Okky Madasari selaku direktur program
Asean literary festival ketiga tahun 2016 lalu, dalam sambutanya menyebutkan
bahwa karya Budi Darma mempunyai pengaruh atau inspirasi bagi generasi-generasi
muda, bahkan tidak hanya pada malam itu saja, melainkan sudah sejak beberapa
waktu yang telah lalu (Dikutip dari sambutan Okyy Madasari dalam the 3th Asean Literary Festival 2016).
Salah satu daya tarik dan yang akan kita bahas
lebih lanjut dalam kumpulan cerpen ini adalah adanya penokohan yang kuat dalam
setiap tokoh yang ada dalam Orang-orang Bloomington. Sebelum berbicara jauh
tentang penokohan dalam kumpulan cerpen Orang-orang Bloomington. Setidaknya
kita perlu tau apa itu hakekatnya penokohan
dan apa hubungannya dengan tokoh. Secara
sederhana penokohan dapat dikatakan sebagai karakteristik, sifat lahir,
pemikiran tokoh, serta cara lain pengarang membuat hidup tokoh-tokoh yang ia
ciptakan. Penokohan sering disamaartikan dengan karakter dan perwatakan tokoh, yang
keduanya merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dalam sebuah cerita.
Untuk menjawab pertanyaan tentang penokohan kita bisa bertanya misalnya tentang,
“ Sifat apa yang membuat Ny. Nolan ditinggal pergi suaminya? “ atau “Apa yang
paling tidak disukai Orez ? “dan sebagainya.
Baldic
dalam Nurgiantoro (2001;37) memperjelas penokohan (characterization) sebagai penghadiran tokoh dalam cerita fiksi
atau drama dengan cara langsung maupun tidak langsung dan mengundang pembaca
untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakan3. Pengambaran
tokoh secara tidak langsung oleh penggarang, misalnya dalam kumpulan cerpen Orang-orang
Bloomington, kita bisa mengatakan watak Ny. Mac Milan adalah seorang
individualis tanpa kita harus menemukan kata individualis itu dalam cerpen. Hal ini bisa kita tentukan dengan
melihat salah satu dialog yang diucapkannya kepada tokoh saya. “Jangan lah mengurusi kepentingan orang lain
dan jangan mempunyai keinginan tahu tentang orang lain.” (Laki-laki tua tanpa
nama ; 2) atau reaksinya ketika tokoh saya yang selalu menelpon Ny. Mac Milan
tiap malam hanya untuk sekedar basa-basi.
Sedangkan
apa yang dimaskud dengan tokoh
adalah orang yang hidup dalam sebuah karya fiksi, baik drama maupun prosa yang
tercipta atas dasar pemikiran pengarangnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Abrams
dalam Teuw (1999;32-33), Abram menjelaskan bahwa “tokoh adalah orang(-orang)
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu . “ Kita bisa mengajukan pertayaan seperti,
“Siapakah tokoh utama dalam cerpen Keluarga
M, “ atau “ Ada berapa jumlah orang yang diceritakan dalam cerpen Joshua Karabish? “ dan sebagainya, untuk
menjawab pertanyaan apa itu tokoh.
Mengenai
tokoh dan penokohan ini beberapa pendapat ada yang menyamartikan dengan istilah
karakter. Karakter dianggap cukup
mewakili penyebutan tokoh dan penokohan dalam satu istilah karya sastra. Karakter
(Character) dalam kaitannya dengan
dunia literasi Inggris, dalam kamus Oxford
Dictionary terdapat dua pengertian yang berbeda mengenai karakter. Character 1 yang berarti Interesting or unusual quality that person
has. (Sesuatu atau sifat yang menarik dan tidak biasa yang dimiliki
seseorang) Dan Charcater 2
yang dipandang sebagai Person
in a play, novel atc. (Seseorang yang ditampilkan, dalam novel dll). Dengan
demikian karakter dapat mengandung dua pengertian yaitu sebagai “tokoh” dan
sebagai “penokohan”. Adanya hubungan penyebutan yang erat dalam tokoh dan
penokohan tidak hanya semata karena adanya pengertian yang sama, melainkan
tokoh dan penokohan dalam sebuah karya keberadaanya memang tidak bisa
dipisahkan. Penyebutan nama tokoh tertentu tidak jarang langsung mengisyaratkan
kepada kita pada perwatakan yang dimilikinya. Sebut saja misalnya tokoh Datuk
Maringgi dalam Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Mendengar nama Datuk Maringgi
tentu dalam ingatan kita langsung tertujuh pada sosok tua tukang kawin yang
bakhil dan curang.
Hubungan
antara tokoh dan penokohan lebih lanjut bisa dijelaskan melalui pendekatan
psikologi. Kata tokoh dalam ilmu psikologi yang dapat digantikan dengan sebutan
“ diri”, dan penokohan yang dapat disederhanakan dengan kata “sifat/karakter” memanglah
tidak bisa dipisahkan keberadaanya. Matthew dan Hergenhaan dalam bukunya yang
berjudul Pengantar teori-teori kepribadian (2013:2). Mengatakan bahwa “ Setiap manusia (diri)
memiliki keunikan tertentu, yang disebabkan oleh gen –gen kelahiranya dan pembentukan
pengalaman pribadinya selama ini 5.” Dalam kata lain setiap diri
seseorang tidak akan bisa lepas dari sifat-sifat yang ada pada diri mereka,
karena sifat tersebut sudah menempel pada gen-gen dalam dirinya. Orang- orang
awam dengan mudah mengatakan hal yang demikian ini dengan sebutan pembawaan
lahir.
Oleh
karenanya ketika disebutkan sebuah nama seseorang maka yang melekat di dalamnya
adalah sifat-sifat yang dibawahinya. Sifat pada diri manusi ini memiliki keunikan
tersendiri. Disebut sebagai unik karena antara manusia yang satu dan yang
lainya pasti memiliki perbedaan sifat yang tidak mungkin sama bahkan anak
kembar sekalipun. Dalam buku yang sama Matthew dan Hargenhen menambahkan
tentang sifat dalam diri manusia bahwa, “Tidak pernah ada sebuah lingkungan
yang sama persis bagi dua individu manapun, bahkan yang kembar identik
sekalipun tidak bisa memnuculkan kesamaan pribadi, kecuali individu-individu
tersebut juga memiliki kesamaan di gen-gen mereka.6 ” Artinya manusia bisa saja memiliki sifat yang
sama apabila terlahir dalam lingkungan individu yang yang sama dan gen yang
sama. Namun sayangnya sampai saat ini individu yang terlahir dengan gen yang
sama belum ditemukan.
Berdasarkan
apa yang telah kita pelajari di atas tentang tokoh, penokohan dan kaitanya dengan
sifat dalam diri manusia. Kita dapat membuat sebuah simpulan kecil bahwa
sebenarnya hubungan tokoh dan penokohan itu sama eratnya antara hubungan sifat
pada diri manusia. Tokoh dan penokohan tidak bisa dilepaskan, melekat pada setiap
tokoh dan memiliki keunikan yang tidak akan ditemui pada tokoh lain. Kata
terakhir inilah yang menjadikan seorang tokoh dalam cerpen memiliki daya tarik
yang kuat. Begitu juga dengan tokoh dalam kumpulan cerpen Orang-orang
Bloomington. Karakter yang kuat, itulah kata kunci yang hendak kita bongkar
hakekatnya. Tanpa adanya tokoh yang memiliki karakter yang kuat seperti Orez,
Joshua Karabish, dan Ny. Elberhart, sulit untuk buku ini bisa disebut sebagai
buku yang baik. Karena seperti yang kita sepakati di awal bahwa daya tarik dari
kumpulan cerpen ini adalah adanya karakter yang kuat di setiap tokoh yang
digambarkan. Sekali lagi saya katakan
bahwa saya adalah orang pertama yang akan sependapat seumpana ada yang bilang
bahwa tokoh-tokoh dalam kumpulan cerpen ini memiliki karakter yang kuat.
Bahkan, Orez salah satu
tokoh yang diangap memiliki karakter yang kuat dalam kumpulan cerpen ini banyak
menjadi inspirasi oleh sastrawan lain, salah satunya adalah Agus Noor, yang
sangat tergila-gila dengan sosok Orez yang kemudian menjadikanya salah satu
tokoh dalam naskah drama yang ia buat dengan judul yang sama., Orez juga
dipilih Gunawan Maryanto saat ditunjuk untuk membacakan dramatic reading kutipan
cerpen Orang-orang Bloomington dalam acara Asean literary festival 2016. Namun
dibalik karakter kuat yang digambarkan, jika kita bisa lebih teliti
memperhatikan setiap detail tindakan dan laku tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen
Orang-orang Bloomington. Kita akan dapat temui kemiripan laku dan sifat dalam
setiap tokoh-tokohnya. Jika hal ini benar terjadi maka itu artinya hal ini
tidak sesuai dengan pembahasan kita diatas bahwa,“Setiap indivudu memiliki
sifat yang tidak sama, bahkan yang kembar identik sekalipun.” Persamaan
penokohan dalam tokoh Orang-orang Bloomington ini bisa kita lihat baik dalam Persamaan penokohan tokoh utama dengan tokoh
utama atau Persamaan penokohan pada
tokoh saya dalam kumpulan cerpen ini. (Untuk melihat lebih lengkap hubungi penulis)
Daftar Pustaka
Darma, Budi. 2016. Orang-orang Bloominghton. Jakarta: Noura Book Publishing
Burhan,Nurgiantoro. 2001. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada Uiniversity Press.
Teuw. 1999. Sastra dan Ilmu Sastra. Yogyakarta : Pustaka Jaya.
Matthew, Hargenhan. 2013. Pengantar teori-teori kepribadian. Jakarta : Pustaka Pelajar.
Sebuah Kritik Sastra untuk Orang-Orang Bloomington Karya Budi Darma
Reviewed by Sarjana Sastra
on
11:09
Rating:
No comments: